Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis
normal akibat patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan
mengenai organ tertentu (Lazaruset al, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
Penyembuhan luka melibatkan integritas proses fisiologis. Sifat penyembuhan
pada luka sama, dengan variasinya yang bergantung pada lokasi, tingkat keparahan
dan luas cederanya. Luka dapat diklasifikasikan menjadi empat macam seperti : (1)
luka tertutup, yaitu luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak.
Misalnya kesleo, terkilir, patah tulang dan sebagainya; (2) luka terbuka, yaitu
luka dimana kulit atau jaringan selaput lendir rusak. Kerusakan dapat terjadi
karena suatu kesengajaan seperti tindakan operasi; (3) luka tusuk, yaitu luka
yang sangat dalam yang mengakibatkan banyak jaringan-jaringan yang ada di
dalamnya rusak. Luka tusuk memiliki dinding luka yang licin; (4) luka penetrasi,
terjadi jika suatu benda yang masuk jauh ke dalam tubuh, misalnya peluru, dan
dinding-dinding luka biasanya tidak rata.
Berdasarkan penyebab luka, ada beberapa jenis luka
seperti : (1) Luka Abrasion, yaitu luka yang disebabkan oleh pergeseran
sehingga kulit atau selaput lendir terkelupas; (2) Luka stab, yaitu luka yang
disebabkan oleh benda yang menembus jaringan (luka tusukan/tikaman); (3) luka
laceration, yaitu luka yang disebabkan oleh benda tumpul yang merobek jaringan
seperti pecahan kaca.
Proses penyembuhan luka ada dua yaitu penyembuhan
primer dan penyembuhan sekunder.
1. Penyembuhan
primer
Penyembuhan
luka normal adalah perbaikan luka bedah yang bersih. Proses penyembuhan pimer terjadi
dalam tiga tahap, yaitu
a. Fase
inflamasi ( Reaksi )
Fase
inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah beberapa
menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah cedera. Proses perbaikan
terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim darah dan sel ke area
yang mengalami cedera dan membentuk sel-sel epitel pada tempat cedera. Selama
proses hemoestasis, pembuluh darah yang cedera akan mengalami kontriksi dan
trombosit berkumpul untuk menghentikan perdarahan. Bekuan-bekuan darah
membentuk matriks fibrin yang nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan
sel. Jaringan yang rusak dan sel mast menyekresi histamin yang menyebakan
vasodilatasi kapiler disekitarnya dan mengeluarkan serum dan sel darah putih ke
dalam jaringan yang rusak.
Leukosit
akan mencapai luka dalam beberapa jam. Leukosit utama yang bekerja pada luka
adalah neutrofil yang mulai memakan bakteri dan debris yang kecil. Neutrofil
mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat enzim yang akan menyerang
bakteri atau membantu perbaikan jaringan. Leukosit penting yang kedua adalah
makrofag. Makrofag adalah sel yang membersihkan luka dari bakteri, sel-sel mati
dan debris dengan cara fagositosis.
b. Fase
Proliferasi (regenerasi)
Dengan munculnya
pembuluh darah baru sebagai hasil rekontruksi, fase poliferasi terjadi dalam
waktu 3-24 hari. Aktivitas utama dalam fase ini adalah mengisi luka dengan
jaringan penyambung atau dengan jaringan granulasi yang baru dan menutup bagian
atas luka dengan epitelisasi. Fibroblast adalah sel-sel mensintesis kolagen
yang akan menutup defek luka. Fibroblas membutuhkan vitamin B dan C, oksigen,
dan asam amino agar dapat berfungsi dengan baik. Kolagen memberikan kekuatan
dan integritas struktur pada luka. Pada periode ini luka mulai tertutup oleh
jaringan baru.
c. Maturasi
(remodeling)
Maturasi
merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka. Fase maturasi dapat memerlukan
waktu lebih dari satu tahun bergantung pada kedalaman dan keluasan luka.
Jaringan perut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan menguat setelah
beberapa bulan. Serat kolagen mengalami remodeling sebelum mencapai bentuk
normal.
2. Penyembuhan
sekunder
Bila luka
mengalami banyak kehilangan jaringan, maka penyembuhan luka memerlukan waktu
lama. Inflamasi yang terjadi sering kali bersifat kronik dan jaringan yang
rusak lebih banyak dipenuhi oleh jaringan granulasi daripada dipenuhi oleh
kolagen. Jaringan granulasi merupakan salah satu bentuk jaringan konektif
(penyambung) yang memiliki lebih banyak suplai darah daripada kolagen. Karena
lukanya lebih luas maka jumlah jaringan parut penyambung juga lebih luas.
Ada beberapa komplikasi penyembuhan
luka, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hemoragi
Hemoragi
atau perdarahan dari daerah luka merupakan hal yang normal terjadi selama dan
sesaat setelah trauma. Perdarahan dapat terjadi secara eksternal atau internal.
Perawat dapat mendeteksi perdarahan internal dengan melihat adanya distensi
atau pembengkakkan pada bagian tubuh yang mengalami luka. Perdarahan eksternal
lebih jelas terlihat. Perawat mengobservasi adanya drainase darah pada balutan
yang menutupi luka.
2. Infeksi
Infeksi
luka merupakan infeksi nosokomial (infeksi yang berhubungan dengan rumah
sakit). Luka mengalami infeksi jika terdapat draenase purulen pada luka.Yang
membedakan antara luka terkontaminasi dengan luka infeksi adalah jumlah bakteri
yang ada di dalamnya. Resiko infeksi lebih besar terjadi jika luka mengandung
jaringan mai atau nikrotik, terdapat benda asing pada atau dekat luka dan
suplai darah di sekitar luka menurun.
3. Dehisens
Dehisens
adalah terpisahnya lapisan luka secara parsial atau total. Klien dengan
penyembuhan luka yang buruk berisiko mengalami dehisens. Klien dengan obesitas
juga berisiko tinggi mengalami dehisens karena adanya regangan yang konstan
pada luka dan buruknya kualitas penyembuhan kualitas penyembuhan luka pad
ajaringan lemak.
4. Eviserasi
Terpisahnya
lapisan luka secara total dapat menmbulkan eviserasi ( keluarnya organ viseral
melalui luka yang terbuka). Kondisi ini merupakan darurat medis yang perlu
diperbaiki melalui pembedahan. Bila terjadi eviserasi, perawat meletakkan
handuk steril yang dibasahi dengan salin normal steril di atas jaringan yang
keluar untuk mencegah masuknya bakteri dan kekeringan pada jaringan tersebut.
5. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang berada di
antara 2 organ atau di antara organ dan bagian luar tubuh. Trauma, infeksi,
terpapar radiasi serta penyakit seperti kanker akan menyebabkan lapisan
jaringan tidak menutup dengan baik dan membentuk saluran fistula.
Faktor- faktor yang mempengaruhi
kecepatan penyembuhan luka adalah sebagai berikut:
1. Nutrisi
Penyembuhan luka secara
normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses fisiologi penyembuhan luka
bergantung pada tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C) dan
mineral renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam
amino yang diperoleh fibroblas dari makanan yang mengandung protein yang
dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat
mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka. Elemen zink diperlukan
untuk sintesis kolagen dan pembentukan epitel.
2. Penuaan
Penuaan
dapat mengganggu semua tahap penyembuhan luka. Pembentukan antibodi dan
limfosit menurun dan respon inflamasi lambat.
3. Penyakit
tertentu
Misalnya,
Diabetes yang mengakibatkan gangguan sirkulasi, sehingga menghambat reaksi
vaskuler.
4. Merokok
Merokok
mengurangi jumlah Hb fungsional dalam darah sehingga menurunkan oksigenasi
jaringan. Merokok menggangu mekanisme sel normal yang dapat meningkatkan pelepasan oksigen ke dalam jaringan
Perawatan
luka perlu dikuasi oleh perawat. Pada keadaan darurat, perawat memberikan
pertolongan pertama untuk perawatan luka. Pertolongan pertama pada luka yang
diberikan kepada klien meliputi:
1. Hemoestasis
Setelah
mengkaji jenis dan luas luka, perawat harus mengontrol perdarahan akibat
laserasi dengan cara menekan luka secara langsung dengan menggunakan balutan
steril atau bersih. Setelah perdarahan reda, tempelkan sepotong perban perekat
atau kasa di atas luka laserasi sehingga memungkinkan tepi luka menutup dan
bekuan darah terbentuk. Apabila balutan penuh dengan darah, perawat perlu
menambah lapisan balutan dan melanjutkan menekan luka serta meninggikan bagian
tubuh yang terluka. Balut tekan yang digunakan pada 24 sampai 48 jam pertama
setelah trauma dapat membantu mempertahankan hemostasis.
2. Pembersihan
luka
Proses pembersihan luka
terdiri dari memilih cairan yang tepat untuk membersihkan luka dan menggunakan
cara-cara mekanik yang tepat untuk memasukkan cairan tersebut tanpa menimbulkan
cedera pada jaringan luka. Membersihkan luka dengan lembut tetapi mantap akan
membuang kontaminan yang mungkin menjadi suber infeksi. Namun, jika dilakukan
dengan menggunakan kekuatan yang berlebihan dapat menimbulkan perdarahan atau
cedera yang lebih lanjut. Menurut pedoman klinis AHCPR 1994, cairan pembersih
yang dianjurkan adalah cairan salin normal. Salin normal merupakan cairan
fisiologis dan tidak akan membahayakan jaringan luka. Membersihkan luka secara
hati-hati dengan salin normal dan memasang balutan yang dibasahi larutan salin
merupakan cara yang sering digunakan untuk menyembuhakan luka dan melakukan
debridemen luka. Perawat menggunakan cairan salin untuk mempertahankan
permukaan luka agar tetap lembat sehingga dapat meningkatkan perkembangan dan
migrasi jaringan epitel. Balutan salin yang lembab hanya digunakan untuk
melakukan debridemen luka dan tidak boleh digunakan pada granulasi yang bersih.
3. Balutan
Menggunakan balutan yang tepat perlu disertai
pemahaman tentang penyembuhan luka. Apabila balutan tidak sesuai dengan
karakteristik luka, maka balutan tersebiut akan menghambat penyembuhan luka. Pada
luka operasi dengan penyembuhan primer, umumnya balutan dibuka segera setelah
drainase berhenti. Jika perawat membalut luka terbuka dengan penyembuhan
sekunder, maka balutan tersebut dapat menjadi sarana untuk memindahkan eksudat
dan jaringan nekrotik sevcara mekanik.
Tujuan
Pembalutan
1. Melindungi
luka dari kontaminasi
2. Membantu
hemostasis
3. Mempercepat
penyembuhan
4. Menyangga
atau mengencangkan tepi luka
5. Melindungi
klien agar tidak melihat keadaan luka
6. Meningkatkan
isolasi suhu pada permukaan luka
7. Mempertahankan
kelembaban diantara luka dengan balutan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, luka
adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat patologis yang berasal
dari internal maupun eksternal yang mengenai organ tubuh tertentu. Perawatan
luka sesuai dengan karakteristik atau jenis luka. Perawat berperan penting
dalam perawatan luka tersebut. Tindakan yang dilakukan perawat dalam melakukan
perawatan luka harus dilaksanakan dengan hati-hati agar penyembuhan luka klien
dapat berjalan lancar. Perawat menggunakan beberapa pertolongan pertama pada
luka yang diderita klien diantaranya adalah hemoragi, pembersihan luka dan
pemberian balutan. Semua tindakan tersebut dilakukan dengan lembut tapi pasti
agar tidak mengganggu penyembuhan luka.
Referensi
Potter, P. A.,dan Perry, A. G. (2009) Fundamentals of Nursing.Ed.4 Volume 2 (Terj.
Dr. Adrina Ferderika). Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Stevens, dkk. (1999) Ilmu Keperawatan Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Wolff, Lu Verne, dkk (1984) Dasar- Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Gunung Agung